Jumat, 02 November 2012

TEKHNIK PROBING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

TEKHNIK PROBING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan melalui inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah. Peranan guru dalam memfasilitasi siswa untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar dilandasi oleh pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan membangun pengetahuannya sendiri.
Bertanya merupakan ciri dalam pembelajaran IPA, menemukan merupakan kegiatan inti dari pembelajaran IPA
Bertanya merupakan ciri dalam pembelajaran IPA, menemukan merupakan kegiatan inti dari pembelajaran IPA
Jika kita tinjau aktivitas di dalam kelas, yang paling lazim kita (saya dan Anda) temukan adalah aktivitas verbal yaitu berbicara. Pada umumnya guru mendominasi aktivitas verbal misalnya berceramah, menjelaskan petunjuk kerja, memimpin diskusi, memuji bahkan masih ada yang mencela siswa, serta mengajukan pertanyaan. Khusus dalam hal mengajukan pertanyaan, tidak ada guru yang tidak pernah tidak bertanya kepada siswanya selama melaksanakan pembelajaran, namun efektifkah pertanyaan guru tersebut?. Dalam pembelajaran IPA, bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa sendiri kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran berbasis inkuiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Penerapan siklus inkuiri tersebut penting mengingat bahwa belajar penemuan memiliki berbagai kelebihan
Penerapan siklus inkuiri tersebut penting mengingat bahwa belajar penemuan memiliki berbagai kelebihan
Bertanya merupakan ciri dalam pembelajaran IPA, menemukan merupakan kegiatan inti dari pembelajaran IPA. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa hendaknya bukan hasil mengigat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan dan menggeneralisasi sendiri. Dalam pembelajaran IPA guru semestinya merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan untuk materi yang dipelajari. Siklus inkuiri hendaknya merupakan langkah yang diterapkan dalam pembelajaran IPA, meliputi: (1) Observasi, (2) Bertanya, (3) Mengajukan hipotesis, (4) Mengumpulkan data, dan (5) Menyimpulkan.
Penerapan siklus inkuiri tersebut penting mengingat bahwa belajar penemuan memiliki berbagai kelebihan yaitu: (1) Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan dapat bertahan lama dalam ingatan (mudah diingat) jika dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dengan cara lain. (2) Belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berfikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi untuk memecahkan permasalahan. (3) Belajar penemuan dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuK bekerja terus sampai siswa menemukan jawabannya.
Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
Untuk mengefektifkan pertanyaan guru dalam pembelajaran IPA dapat dipilih suatu alternatif yaitu penggunaan teknik probing/beberapa pertanyaan berseri yang terprogram, saling berhubungan dan berkesinambungan agar konpetensi siswa dapat tercapai. Pengertian probing dalam pembelajaran di kelas didefinisikan sebagai suatu teknik membimbing dengan mengajukan satu seri pertanyaan pada seorang siswa (Dahar, 1996: 9). Teknik probing adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan satu seri pertanyaan untuk membimbing pebelajar/siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya guna memahami gejala atau keadaan yang sedang diamati sehingga terbentuk pengetahuan baru (Wijaya, 1999: 7). Teknik probing diawali dengan menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengandung teka-teki atau benda-benda nyata. Situasi baru itu membuat siswa mengalami pertentangan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya sehingga memberikan peluang kepada siswa untuk mengadakan asimilasi, disinilah probing (pembimingan menggunakan satu seri pertanyaan) mulai diperlukan.
Belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berfikir
Belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berfikir
Untuk dapat menggunakan teknik probing dalam pembelajaran, seorang guru IPA hendaknya sudah berbekal ketrampilan bertanya yang merupakan salah satu dari ketrampilan proses sains. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran IPA, sejak merancang pembelajaran mulai dari pengembangan silabus maupun pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran tentunya sudah merencanakan pengalaman belajar apa yang akan diperoleh siswa dalam mencapai kompetensi dasar. Sejumlah pertanyaan diperlukan untuk membimbing siswa dengan teknik probing meliputi pertanyaan tingkat rendah sampai tinggkat tinggi, berkaitan dengan kegiatan fisik maupun kegiatan mental berfikir untuk membangun pengetahuannya. Contoh aktivitas fisik misalnya melakukan pengamatan, percobaan, mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup, memprediksi; sedangkan contoh aktivitas berfikir misalnya asimilasi, akomodasi, membangun pengetahuan baru. Untuk dapat memilih pertanyaan yang diperlukan, guru perlu mengetahuhi jenis-jenis pertanyaan karena setiap jenis pertanyaan mempunyai kaitan dengan proses berfikir yang terjadi pada siswa.
Seandainya semua guru mampu dan mau mengembangkan kreativitasnya dalam pembelajaran, kemungkinan besar proses pembelajaran akan efektif
Seandainya semua guru mampu dan mau mengembangkan kreativitasnya dalam pembelajaran, kemungkinan besar proses pembelajaran akan efektif
Sebagai gambaran lebih lanjut mengenai jenis-jenis pertanyaan, berikut ini adalah jenis pertanyaan berdasarkan taksonomi kognitif dari Bloom. (1) Pengetahuan, menanyakan informasi yang pernah dipelajari, dapat berupa fakta, konsep, prinsip atau prosedur. (2) Pemahaman, pertanyaan yang meminta siswa untuk merumuskan kembali suatu gagasan dengan kata-katanya sendiri tanpa mengubah arti. Pertanyaan pemahaman dibedakan menjadi 2 yaitu Translasi dan Interpretasi. (2.1) Translasi : pertanyaan yang meminta siswa untuk merumuskan kembali suatu gagasan dengan kata-katanya sendiri tanpa mengubah arti. (2.2) Interpretasi : pertanyaan yang meminta siswa untuk mengidentifikasi hubungan, membuat perbandingan berbagai gagasan/informasi atau benda, atau memperkirakan kaitannya dengan suatu keadaan. (3) Penerapan/aplikasi, pertanyaan yang meminta siswa untuk berfikir bagaimana menggunakan gagasan/informasi untuk memecahkan masalah baru. (4) Analisis, pertanyaan yang meminta siswa untuk mengidentifikasi bagian-bagian dari suatu masalah/gagasan/penyelesaian, bagaimana bagian-bagian itu saling berkaitan dan mengidentifikasi apa yang mempersatukannya. (5) Sintesis, pertanyaan merangsang siswa untuk mempertimbangkan variasi, gagasan atau ide-ide baru sedemikian rupa sehingga menjadi hal yang baru baginya. (6) Evaluasi, pertanyaan yang meminta siswa untuk membuat pilihan dan memberikan alasan-alasan
Pertanyaan yang digunakan untuk membimbing siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik probing, dipilih mulai kategori pertanyaan yang memerlukan proses berbikir tingkat rendah sampai tinggkat tinggi. Aktivitas siswa yang diharapkan terjadi dengan penggunaan teknik probing oleh guru adalah aktivitas yang dapat melatih ketrampilan proses sains.
Bagaimana mengkondisikan teknik probing? Ada 7 (tujuh) tahap aktivitas guru dalam mengkondisikan teknik probing yaitu: (1) Menghadapkan siswa pada situasi baru, misalnya dengan menunjukkan gambar, alat pembelajaran, objek, gejala yang dapat memunculkan teka-teki. (2) Memberi waktu tunggu beberapa saat (3-5 detik) atau sesuai keperluan agar siswa melakukan pengamatan. (3) Mengajukan pertanyaan sesuai indikator atau kompetensi yang ingin dicapai siswa. (4) Memberi waktu tunggu beberapa saat (2-4 detik) untuk memberikan kesempatan siswa merumuskan jawabannya. (5) Meminta seorang siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan. (6) Jika jawaban yang diberikan siswa benar atau relevan dilanjutkan dengan siswa lain, untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung serta memberi pujian atas jawaban benar. Jika jawaban keliru atau tidak relevan, diajukan pertanyaan susulan yang berhubungan dengan respon pertama, dimulai dari pertanyaan yang bersifat obeservasional kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir lebih tinggi menuju pertanyaan indikator ketercapaian kompetensi dasar sampai siswa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tadi. Pertanyaan yang diajukan pada tahap 6 (enam) ini sebaiknya diajukan/diinteraksikan juga pada siswa lain agar seluruh siswa terlibat dalam kegiatan probing. (7) Mengajukan pertanyaan akhir pada siswa lain untuk lebih menegaskan bahwa kompetensi dasar yang dituju sudah tercapai.
Penentuan materi yang akan disajikan dengan teknik probing dapat dimulai pada waktu guru menyusun silabus, pada waktu menganalisis standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Selanjutnya rancangan seri pertanyaannya disiapkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran berupa pertanyaan-pertanyaan pokok. Pertanyaan tambahan akan muncul sesuai dengan jawaban yang diberikan siswa.
Penggunaan teknik probing oleh guru dalam pembelajaran IPA sangat memungkinkan, bahkan dalam pembelajaran mata pelajaran yang lain. Hal ini mengingat bahwa semua guru tentunya telah menguasai jenis-jenis pertanyaan, ketrampilan bertanya yang meliputi penggunaaan pertanyaan/teknik bertanya, tujuan bertanya maupun menanggapi jawaban siswa. Disinilah ruang gerak guru dalam mengembangkan kreativitasnya, untuk memvariasikan metode pembelajaran. Dengan memvariasikan metode pembelajaran diharapkan berbagai gaya belajar siswa dapat terlayani, suasana pembelajaran dapat tampil beda sehingga siswa dapat belajar dalam kemasan joyful learning yang tentunya dapat meningkatkan efektivitas pembelajarannya. Peningkatan efektifitas pembelajaran memunculkan peningkatan hasil belajar yang dapat memberikan motivasi untuk berprestasi baik pada guru maupun siswa.
Seandainya semua guru mampu dan mau mengembangkan kreativitasnya dalam pembelajaran, khususnya memvariasikan kemasan skenario pembelajarannya dengan memilih metode termasuk didalamnya teknik-teknik yang sesuai dengan materi pembelajaran maupun indikator pencapaian kompetensinya, kemungkinan besar proses pembelajaran akan efektif. Bapak dan ibu guru, selamat berjuang. Maju terus pendidikan di Indonesia

Pelaksanaan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar


Pelaksanaan Pembelajaran IPA SD
alatPembelajaran IPA di SD tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep IPA saja, tetapi juga menekankan pada proses penemuan. Dengan demikian setelah mengikuti kegiatan pembelajaran IPA, siswa tidak hanya menguasai konsep tetapi juga menguasai keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Peralatan IPA
Pembelajaran IPA yang demikian membutuhkan berbagai macam peralatan dan bahan. Berbagai benda dalam kehidupan sehari-hari dapat dimanfaatkan sebagai peralatan dalam pembelajaran IPA. Selain itu, ada juga peralatan pembelajaran IPA yang “standar”, misalnya gelas kimia, neraca, Kit IPA, dan lain-lain. Sebagai guru, Anda harus menguasai bagaimana mengatur berbagai peralatan tersebut sehingga persiapan, pelaksanaan, dan pasca pembelajaran IPA berlangsung seperti yang Anda rencanakan.
  1. Manajemen Pemanfaatan Peralatan IPA
    Apakah anda menginginkan pemanfaatan peralatan IPA dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang anda lakukan berjalan dengan lancar? Hal ini akan terjadi bila anda melakukan pengelolaan peralatan IPA dengan benar mulai dari pengambilan peralatan, penggunaan,   penyimpanan, dan perawatan. Untuk itu anda harus menguasai dengan baik manajemen pemanfaatan peralatan IPA. Dalam manajemen pemanfaatan peralatan IPA, terdapat dua kegiatan utama yaitu pengklasifikasian peralatan dan pengelolaan peralatan.
  2. Pengklasifikasian Peralatan IPA
    Pengklasifikasian merupakan suatu proses pengelompokan berdasarkan ciri tertentu. Langkah yang dilakukan  mulai dari identifikasi ciri dari masing-masing peralatan, menentukan ciri yang digunakan sebagi dasar pengelompokan, dan melakukan pengelompokan berdasarkan ciri yang ditentukan. Peralatan IPA dapat diklasifikan berdasarkan bahan dan fungsinya, misal: alat ukur1, alat dari gelas2, model3, bagan4, alat siap pakai (rakitan)5, alat bantu proses percobaan6. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari pengelompokan peralatan IPA yang diantaranya adalah memudahkan penyimpanan, perawatan, dan pengambilan peralatan dari tempat penyimpanan.
  3. Pengelolaan Peralatan IPA
    Pengelolaan peralatan IPA merupakan proses perencanaan, pemanfaatan, pengorganisasian, dan perawatan berbagai peralatan dalam IPA. Perencanaan praktikum meliputi kegiatan menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, mengidentikasi peralatan dan bahan yang tersedia, memeriksa kelayakan alat dan kecukupan jumlah, menentukan solusi jika ada permasalahan, menentukan strategi yang akan digunakan dalam praktikum.